Minggu, 21 Januari 2018

FILISOFI NEGERI SERDANG BERASAL DARI SEBUAH POHON

Pada tahun 1723 setelah terjadi konflik dalam tubuh kerabat Kesultanan Deli yang berakhir dengan diungsikannya putera mahkota kesebuah wilayah kuala yang tak bertuan dan tak berpenghuni. Wilayah Kuala merupakan dataran rendah dan berdekatan dengan selat Melaka, terdapat hamparan rawa rawa laut dan dataran yang banyak ditumbuhi sejenis pohon palem, pohon ini memiliki karakter yang unik dan kemudian oleh para datuk dan hulubalang dinamakan pohon Serdang, dan wilayah kuala itu kemudian di sebut Kuala Serdang. 



Pohon Serdang memiliki sifat yang kokoh, walaupun diterpa badai tetapi batangnya tidak akan condong walaupun daunnya rontok diterbangkan angin, pohon Serdang akan musnah hanya apabila tercerabut sekaligus dengan akarnya, daunnya yang berdasar bulat melambangkan keteduhan dan melindungi segala sesuatu yang berada dibawahnya, pohon Serdang juga mampu tumbuh tinggi menjulang hingga lebih dari 10 meter hingga seringkali dijadi tempat bertenggernya sejenis burung elang.

* Pohon Serdang pada awalnya bernama latin Livistona Rotundifolia, namun pada September 2011 sejak diresmikannya genus Saribus untuk pertama kali, nama ilmiahnya menjadi Saribus Rotundifolius

Sifat pohon Serdang ini kemudian menjadi dasar filosofi berdirinya sebuah kerajaan baru yang dinamakan Kesultanan Serdang dan dinobatkanlah sang putera mahkota di negeri pengungsiannya itu menjadi Sultan Serdang I dengan gelar Tuanku Umar Djunjungan.

Filosofi Kesultanan Serdang adalah tetap kokoh dan teguh pada pendiriannya walaupun harus menghadapi berbagai masalah, pemerintahannya harus teduh melindungi rakyat dan alamnya, selalu berupaya mencapai ketinggian dalam ilmu pengetahuan, kemakmuran dan budi pekerti, tinggi menjulang dan tetap merunduk kebawah bagaikan pohon Serdang.

Filosofi ini kemudian menjadi semangat orang orang Serdang hingga saat ini, seiring proses sejarahnya para pemimpin di Serdang telah tercatat mampu membawa negeri Serdang berkembang menjadi negeri yang makmur, kaya akan hasil bumi dan laut, rakyatnya tidak pernah mengalami kelaparan dan terlepas dari kekejaman wajib kerja paksa atau romusha pada zaman penjajahan Jepang karena dilindungi oleh kebijakan pemimpinnya pada masa itu dan terlindungi oleh hasil bumi yang melimpah.

Kesultanan Serdang sejak didirikan tahun 1723 mampu membawa perubahan pada wilayah yang tak berpenghuni dan rawa rawa menjadi sebuah negeri yang makmur hingga kemudian ikut bergabung memperkuat ikatan Nusantara dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tahun 1946, dan kemudian Serdang menjadi salah satu lumbung dan panji terkuat di wilayah Sumatera bagian timur.

Kini, wilayah Kesultanan Serdang berkembang menjadi dua kabupaten yang salah satunya menjadi kabupaten terbesar di provinsi Sumatera Utara yaitu kabupaten Deli Serdang dan kabupaten Serdang Bedagai. Kedua kabupaten ini merupakan mitra Kesultanan dalam usaha yang berkelanjutan untuk mengupayakan kesejahteraan rakyat diwilayahnya, membuka diri seluas luasnya dalam menyambut era ekonomi global.

1 komentar: